2.1 Definisi Rapid Upper Limb Assesment (RULA)
Rula (Rapid Upper Limb Assesment)
merupakan metode ergonomi
yang digunakan untuk mengurangi terjadinya resiko yang berhubungan dengan
pekerjaan seseorang pada tubuh bagian atas. RULA ditemukan oleh Dr. Lynn Mc
Atamney dan Profesor E. Nigel Corlett pada tahun 1993 di Nothingham, Inggris.
RULA dapat membantu untuk mengurangi resiko cedera pada seorang pekerja. Analisis RULA dapat dilakukan
sebelum dan sesudah demonstrasi untuk mengetahui apakah resiko cedera sudah
berkurang (Braveman, 2012).
RULA merupakan alat untuk mengevaluasi
faktor-faktor resiko postur, konstraksi otot statis, gerakan repetitive, dan gaya yang digunakan
untuk suatu pekerjaan tertentu. Setiap faktor memiliki kontribusi masing-masing
terhadap suatu nilai yang dihitung. Nilai-nilai tersebut di jumlah dan
diterapkan pada tabel untuk menentukan grandscore.
Grandscore menunjukkan bahwa sejauh
mana pekerja dapat terpapar pada faktor-faktor resiko dan berdasarkan nilai,
dapat juga disarankan tindakan yang perlu diambil (Elearning gunadarma, 2006).
RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur tubuh, kekuatan
yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja. Adapun tujuan dari
metode RULA adalah menyediakan perlindungan yang cepat dan tepat guna dalam
pekerjaan, memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian ergonomi yang
lebih luas, mendokumentasikan postur tubuh saat kerja, scoring dilakukan terhadap kedua sisi tubuh kanan dan kiri, dan
jarak pergerakan dari setiap bagian tubuh diberi nomor. Terdapat lima faktor eksternal pada RULA yang dapat menjadi faktor-faktor
resiko yang berhubungan erat dengan terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah
gerakan.
2. Kerja otot statis.
3. Beban.
4. Dimensi Peralatan.
5. Lama kerja tanpa istirahat (Harvian & Murti, 2013).
Beberapa perbedaaan yang
terdapat pada setiap individu pekerja pada metode RULA antara lain adalah
postur tubuh, kecepatan gerakan, akurasi gerakan, frekuensi dan lama delay, umur dan pengalaman, dan juga
faktor sosial. Oleh sebab itu, RULA di desain untuk membahas faktor-faktor
resiko terutama pada empat faktor eksternal pertama. Adapun tujuan dari metode
RULA adalah sebagai berikut ini:
1.
Sebagai metode yang dapat dengan cepat
mengurangi resiko cedera pada pekerja, khususnya yang berkaitan dengan tubuh
bagian atas.
2. Mengidentifikasi bagian tubuh yang mengalami
kelelahan dan kemungkinan terbesar mengalami cedera.
3.
Memberi hasil analisis dan perbaikan
(Bharath, 2011).
2.2 Langkah-Langkah dalam Mendapatkan Hasil RULA
Terdapat beberapa
langkah-langkah dalam mendapatkan hasil dari metode RULA. Langkah-langkah
tersebut ada tiga, yaitu adalah sebagai berikut:
1. Merekam postur
tubuh ketika sedang bekerja.
Bagian tubuh yang dianalisa meliputi: lengan (lengan atas), siku
tangan (lengan
bawah), pergelangan tangan, leher, trunk, dan kaki. Padalangkah ini, peneliti
merekam dan memasukkan data postur tubuh pekerja pada software RULA.
Kemudian, dari data tersebut dapat diketahui bagian tubuh yang mempunyai
kemungkinan terbesar mengalami cedera.
2. Menghitung
nilai.
Menghitung
nilai data hasil rekaman yang telah dimasukkan software, dihitung nilainya untuk masing-masing bagian tubuh.
3. Action Level
Hasil dari
nilai yang didapatkan, kemudian diklasifikasikan menurut action level (Braveman, 2012).
2.3 Asumsi dan Pembatasan pada RULA Survei
Nilai dari
model RULA dipengaruhi oleh asumsi yang membatasi ketergantungannya dan cakupan
aplikasinya. Namun, tool pada metode
RULA yang merupakan hal berguna ketika diaplikasikan dengan situasi yang tepat
dengan menggunakan keputusan yang tepat atas pembatasannya. Asumsi dan pembatasannya
adalah sebagai berikut:
1. Faktor resiko yang dipilih di evaluasi. Tool ini tidak mempertimbangkan faktor
resiko alat gerak atas seperti:
a. Waktu
tanpa istirahat.
b. Variasi individual pekerja seperti umur,
pengalaman, ukuran atau kekuatan, atau sejarah klinikal.
c. faktor lingkungan tempat kerja.
d. faktor psikofisikal.
2. Pengamatan postur pekerja tidak meliputi
analisis terhadap posisi jari (namun, gaya yang mungkin terjadi di sepanjang
jari-jari tetap diperhitungkan).
3. Waktu
tidak diukur. Faktor ini penting ketika mempertimbangkan kelelahan otot dan
kerusakan jaringan lunak dari kontraksi dan gaya isometrik.
4. Gerakan yang berulang-ulang diberikan
berat marginal.
5. Tidak dianjurkan adanya pengabaian kerja
khusus (Braveman, 2012).
2.4 Pengumpulan
Data pada RULA Survei
Pengumpulan data pada RULA di desain untuk menganalisis
pekerjaan yang ada dengan cara seperti menggunakan checklist. Tool ini dapat
digunakan oleh engineer yang merancang sebuah proses kerja bila dapat dibayangkan
posisi tubuh, kontraksi otot statis, gerakan berulang, dan gaya. Cara termudah
untuk menggunakan tool ini adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaannya pada
saat anda mereview pekerjaan anda.
Memasukkan data yang Anda kumpulkan ke komputer untuk menganalisis
pekerjaannya. Amati pekerja dalam beberapa siklus kerja untuk memilih pekerjaan
yang harus di evaluasi. Posisi pekerja sebagai berikut:
1. Posisi yang ditahan untuk sebagian besar waktu dari siklus kerja.
2. Posisi yang ditahan ketika terdapat muatan kerja terberat.
3. Posisi yang ditahan ketika posisi
postur berada pada tingkat terburuk (pembengkokan sendi yang besar).
Salah satu sisi dari tubuh yang diuji.
Apabila terdapat beberapa posisi atau aktivitas faktor risiko pekerjaan yang tinggi
yang berhubungan dengan pekerjaan, survei setiap masalah tersebut (Harvian & Murti, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Bharath,
Gilly. 2011. Proper Lifting Techniques.
http://gillytherapy.com/2011/proper-lifting-techniques/...../ (diakses 18 November 2013).
Braveman,
Brent & J. Page, Jill. 2012. WORK:
Promoting Participation & Productivity Through Occupational Theraphy. Amerika:
F.A Davis Company.
Harvian
& Murti Astuti. 2013. Analisis
Perbaikan Postur Kerja Operator Menggunakan Metode RULA Untuk Mengurangi Resiko
MUSCULOSKELETAL DISORDERS. Malang.
E-learning Gunadarma, Modul Pelatihan. 2006. Perancangan Ergonomika Menggunakan Ergoweb 4.0. Jakarta:
Universitas Gunadarma. (diakses 20 November 2013).
STRAIN INDEX
2.1 Definisi Strain Index
Strain Index merupakan teknik yang mengevaluasi tingkatan resiko dari sebuah pekerjaan
yang dapat menyebabkan cedera pada tangan, pergelangan tangan, lengan atas,
atau siku (distal upper extremity). Metode
strain index semi kuantitatif dapat
mengevaluasi enam variabel kerja seperti intensitas kerja, durasi kerja, kerja
per menit, postur tangan atau pergelangan tangan, kecepatan kerja, dan durasi
kerja per hari (Braveman & J.Page, 2012).
Strain Index merupakan sebuah tool
pada metode ergonomi yang mengevaluasi beberapa tingkatan resiko kerja yang
menyebabkan cedera. Cedera tersebut yaitu pada tangan, pergelangan tangan,
lengan, lengan bawah, pinggang, bahu, dan siku. Analisis dilakukan dengan cara
sebagai berikut ini:
1. Menggunakan checklist atau
centang.
2. Menghitung banyaknya suatu kondisi yang memunculkan resiko pekerja.
3.
Memperhitungkan pengaruh interaksi antara faktor-faktor yang memunculkan resiko
pekerjaan (E-learning gunadarma,
2006).
Proses pengumpulan data
pada Strain Index meliputi proses
penggunaan pada tool strain index
adalah mengumpulkan data, pembobotan setiap variabel kerja, menentukan pengali
untuk setiap variabel, mengalikan faktor pengali untuk setiap score Strain Index, dan mengevaluasi score pada Strain Index. Variabel semi kuantitatif pada strain index pekerjaan diberikan sebuah nilai yang dinamakan multiplier atau dinamakan pengali. Hasil
dari pengalian tersebut pada keenam variabel kerja merupakan angka yang disebut
dengan Strain Index Score. Score
tersebut akan dibandingkan dengan gradien yang kemudian akan mengidentifikasikan
tingkat resiko pekerjaan. Strain index dikembangkan
karena metode penilaian paparan sebelumnya yang subyektif dan tidak memiliki
standarisasi dan tidak melibatkan pemeriksaan interaksi faktor resiko,
dikembangkan di Amerika Serikat juga dijelaskan di dalam literatur pada tahun
1995 (Salvendy, 2000).
2.2 Pengaplikasian Strain
Index
Strain Index sepenuhnya dijelaskan dalam Moore, JS dan Garg, A, “The Strain Index: A Usulan Metode untuk
Menganalisis Jobs Resiko Distal
Ekstremitas Atas Gangguan”, America
Industrial Hygiene Association Journal”, pada Desember 1995. Dikembangkan
untuk membedakan antara pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan ekstremitas
atas distal dari orang-orang. Strain
index menggunakan penilaian yang subyektif dikembangkan dan mirip dengan
skala Borg (Moore & Garg, 1995).
Pengaplikasian Job
Strain Index adalah mengevaluasi resiko-resiko pada cedera khususnya untuk
tugas menggunakan tangan secara intensif dan berkala. Peringkat kualitatif dapat
ditemukan dengan mengamati satu atau lebih pekerja dalam melakukan
pekerjaannya. Peringkat yang berdasarkan uraian lisan dalam JSI atau singkatan
dari Job Strain Index beberapa faktor
kuantitatif menggunakan panduan sebagai berikut untuk menemukan peringkat dalam
faktor kuantitatif:
1. Intensitas pengusahaan, gaya yang dibutuhkan
untuk kinerja tunggal pada tugas.
2.
Durasi pada pekerja, proporsi dari siklus tenaga pada pekerja waktu siklus
adalah panjang rata-rata waktu yang terkait dengan masing-masing tenaga atau
termasuk waktu pemulihan, panjang rata-rata tenaga dibagi dengan waktu siklus
dikalikan dengan seratus memberikan durasi persen.
3. Upaya per menit, suatu upaya yang merupakan
frekuensi tenaga dan dapat ditemukan dari tenaga waktu siklus.
4. Tangan (Wrist Posture),
berperingkat subyektif bukan oleh pengukuran.
5. Kecepatan kerja.
6. Durasi per hari adalah jumlah total waktu kerja yang dipakai (Salvendy,
2000).
2.3 Asumsi dan Pembatasan pada Strain
Index
Nilai-nilai pada metode
atau model ergonomi The Strain Index diperngaruhi
oleh asumsi-asumsi dan pembatasan yang membatasi ketergantungan dan cakupan
pada aplikasinya. Namun, pada metode strain
index merupakan hal berguna ketika diaplikasikan dengan momen yang tepat
dengan menggunakan keputusan yang konkrit atas pembatasannya. Asumsi dan
pembatasannya adalah sebagai berikut ini:
1. The Strain Index tidak mengevaluasi
vibrasi segmental (seperti getaran pada peralatan tangan); sehingga, tool ini
tidak akan memprediksikan risiko dari sindrom vibrasi pada lengan-tangan (hand-arm vibration syndrome).
2. The Strain Index tidak mengevaluasi
kontak trauma sehingga, pada metode ini
tidak akan memprediksikan resiko hypothenar
hammer syndrome.
3. The Strain Index dibatasi
untuk memprediksikan resiko neuromusculoskeletal
pada alat gerak atas.
4. Tiga dari enam variabel kerja secara subyektif di analisis oleh analis.
5. Nilai pengali berdasar pada opini
profesional penulis dengan bantuan dari prinsip fisiologis, biomekanis, dan
epidemiologis yang bertentangan dengan hubungan matematis antara variabel
kerja.
6. The Strain Index telah diuji hanya pada
25 jenis pekerjaan pada suatu industri (Salvendy, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Braveman,
Brent & J. Page, Jill. 2012. WORK:
Promoting Participation & Productivity Through Occupational Theraphy. Amerika
Serikat: F.A Davis Company.
E-learning Gunadarma, Modul Pelatihan. 2006. Perancangan Ergonomika Menggunakan Ergoweb 4.0. Jakarta:
Universitas Gunadarma. (diakses 20 November 2013).
Moore, JS
& Garg, A. 1995. "The Strain Index: A
Proposed Method to Analyze Jobs for Risk of Distal Upper Extremity Disorders. Amerika
Serikat: America Industrial Hygiene
Association Journal.
Salvendy,
Gavriel. 2000. HANDBOOK OF INDUSTRIAL
ENGINEERING: Technology and Operations Management. Philadelphia, Amerika
Serikat: Westline Institute of Industrial
Engineers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar